Wahai langit, Tanyakan pada-Nya Mengapa Dia menciptakan sekeping
hati ini? Begitu rapuh dan mudah terluka. Saat dihadapkan dengan
duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh. Saat berselimut cinta dan asa.
Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini. Mengisi
kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya. Menghimpun berjuta asa. Memberikan semangat
juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira. Mengapa Dia menciptakan
kegelisahan dalam jiwa. Menghimpit bayangan. Menyesakkan dada. Tak
berdaya melawan gejolak yang menerpa. Wahai ilalang. Pernahkan kau
merasakan rasa yang begitu menyiksa ini ? Mengapa kau hanya diam.
Katakan padaku sebuah kata yang bisa meredam gejolak jiwa ini. Sesuatu
yang dibutuhkan raga ini. Sebagai pengobat rasa sakit yang tak
terkendali.
Desiran angin membuat berisik dirimu.
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku. Aku tak tahu apa maksudmu. Hanya menduga. Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana. Menunggumu dengan setia. Menghargai apa arti cinta. Hati terjatuh dan terluka. Merobek malam menoreh seribu duka.
Kukepakkan sayap - sayap patahku. Mengikuti hembusan angin yang berlalu. Menancapkan rindu. Di sudut hati yang beku. Dia retak, hancur bagai serpihan cermin. Berserakan, sebelum hilang diterpa angin. Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati. Bercampur baur dengan debu.
Ingin ku rengkuh, Ku gapai kepingan di sudut hati.
Hanya bayangan yang ku dapat. Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya. Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini. Ia telah patah. Tertusuk duri yang tajam.
Hanya bisa meratap. Meringis. Mencoba menggapai sebuah pegangan.
*Kahlil Gibran
Desiran angin membuat berisik dirimu.
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku. Aku tak tahu apa maksudmu. Hanya menduga. Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana. Menunggumu dengan setia. Menghargai apa arti cinta. Hati terjatuh dan terluka. Merobek malam menoreh seribu duka.
Kukepakkan sayap - sayap patahku. Mengikuti hembusan angin yang berlalu. Menancapkan rindu. Di sudut hati yang beku. Dia retak, hancur bagai serpihan cermin. Berserakan, sebelum hilang diterpa angin. Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati. Bercampur baur dengan debu.
Ingin ku rengkuh, Ku gapai kepingan di sudut hati.
Hanya bayangan yang ku dapat. Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya. Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini. Ia telah patah. Tertusuk duri yang tajam.
Hanya bisa meratap. Meringis. Mencoba menggapai sebuah pegangan.